Open top menu
Jumat, 04 April 2014



Dalam lima tahun terakhir bisnis dan industri properti di Indonesia tumbuh luar biasa mulai dari perumahan (housing estate), apartemen, mixed use (mall, apartemen, perkantoran, ruko) hingga township (pengelolaan kota mandiri). Ini tak lepas dari peran besar sektor perbankan melalui penggelontoran kreditnya dalam menopang kinerja industri properti.

Kemudian, kedua sektor ini saling mengikat komitmen untuk terus berupaya memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat akan produk properti. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), backlog atau kekurangan pasokan perumahan di Indonesia pada 2010 mencapai 13,6 juta, diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar 15 juta pada 2014.

Tingginya minat masyarakat dan investor terhadap produk properti Tanah Air memberikan kontribusi cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Alhasil, sektor terkait pun turut merasakan dampak positif dari pesatnya perkembangan properti nasional, termasuk sektor perbankan.

Lihat saja, pertumbuhan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) sejumlah bank nasional rata-rata meningkat di atas 18 persen per tahun. Misalnya, KPR BCA tumbuh 30 persen menjadi Rp52,5 triliun pada kuartal III-2013. Begitu juga KPR Bank Mandiri, yang mencapai Rp27,35 triliun di September 2013 atau tumbuh 30,78 persen dibandingkan September 2012, sebesar Rp20,91 triliun.

Bank BTN, sebagai pemimpin pasar di KPR dengan market share 86,12 persen juga tidak luput dari dampak positif pertumbuhan industri properti nasional. Dari total kredit yang disalurkan selama triwulan ketiga tahun 2013, mencapai sebesar Rp83,138 triliun. Sementara sisanya 13,88 persen atau Rp13,410 triliun dialokasikan untuk kredit non KPR.

Sementara Bank CIMB Niaga yang sempat dielu-elukan konsumen lantaran proses persetujuan KPR-nya relatif mudah dan cepat, telah menyalurkan kredit properti sebesar Rp21,78 triliun sepanjang semester I 2013. Nilai ini meningkat 11 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp19,63 triliun.

Sedangkan BRI dan Bank Danamon, yang relatif lebih muda dalam penyaluran kredit ke sektor properti dibanding bank lainnya telah mengucurkan kredit masing-masing sebesar Rp9,9 triliun dan Rp5 triliun, naik sekitar 18 persen dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kinerja kredit pemilikan rumah cukup fantastik dialami Bank BJB. Meskipun pertumbuhan KPR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten ini dari sisi jumlah masih kecil, namun secara nominal cukup besar. Hingga triwulan III 2013, kredit di sektor ini tercatat tumbuh 188,7 persen (year on year) atau sebesar Rp3,5 triliun.

Menariknya, kendati Bank Sentral (BI) melakukan pengetatan dengan sejumlah aturan cukup memberatkan, seperti kebijakan loan to value (LTV) yang membatasi uang muka minimum 30 persen disusul larangan KPR inden bagi rumah kedua dan ketiga, tetapi kalangan perbankan tetap optimistis kredit sektor properti di tahun 2014 tetap akan tumbuh. Meskipun pertumbuhannya cenderung melambat dibanding 2013.

Direktur Utama BTN, Maryono menyatakan tahun 2014, BTN akan dapat mempertahankan market share dalam menyalurkan KPR bersubsidi, yang sebesar 94 persen di sepanjang tahun 2013. Untuk tahun 2014, ia menyatakan optimis penyaluran KPR BTN secara total akan dapat tumbuh sebesar 18 persen.

Optimisme yang sama diungkapkan Direktur Utama BCA, Jahja Setiaatmadja. Karena itu ia mendukung aturan BI soal batas minimum uang muka (DP/down payment) KPR. Aturan tersebut dimaksudkan untuk menahan laju peningkatan harga properti yang cukup tajam terjadi di Dalam Negeri. Hal ini sangat tepat untuk meningkatkan kehati-hatian penyaluran KPR.
Tagged
Different Themes
Written by Lovely

Aenean quis feugiat elit. Quisque ultricies sollicitudin ante ut venenatis. Nulla dapibus placerat faucibus. Aenean quis leo non neque ultrices scelerisque. Nullam nec vulputate velit. Etiam fermentum turpis at magna tristique interdum.

0 komentar