Trust is branding
Merek bagi industri properti, perbankan serta industri jasa terkait lainnya, brand memang nomor wahid. Tapi yang jadi ukuran tetap saja kepercayaan. Untuk sukses dipasaran jagat bisnis ini, kepercayaan adalah branding.
Jangan salah sangka. Judul di atas bukan salah tulis dan juga bukan paham baru dalam ilmu marketing atau komunikasi. Dalam industri properti, perbankan, bahan bangunan serta jasa properti lainnya, kepercayaan adalah “segalanya” agar tetap bisa bertahan dalam situasi persaingan saat ini. Kepercayaan inilah yang akan menjadi branding utama selain nama besar dan sebuah merek/brand.
Pengembang, perbankan, produsen bahan bangunan serta jasa lainnya harus mampu menjaga kepercayaan untuk bisa bertahan hidup serta terus berkembang. Berbeda dengan industri lain yang bisa mengukur keberhasilan penjualan dengan kekuatan merek saja, maka tidak begitu halnya properti, perbankan, bahan bangunan serta industri terkait lainnya. Kepercayaan adalah brand itu sendiri. Kepercayaan inilah yang sangat dijaga untuk mempertahankan konsumen/nasabah yang telah ada dan terus menggarap potensi pasar baru. Jika tidak, siap-siap saja konsumen akan beralih ke perusahaan lain.
Dalam sebuah proyek properti, isu keterlambatan progres pembangunan atau kesalahan lainnya bisa berdampak langsung pada penjualan. Sedikit saja isu sebuah proyek apartemen mangkrak atau tersendat progresnya, bisa-bisa konsumen yang sudah bayar DP bakalan batal. Begitu juga halnya dengan bank. Isu kurang sedap sedikit saja bisa membuat bank di rush nasabahnya. Jangan heran ada berita manajemen puncak sebuah bank mengganti dana nasabah yang sempat disalahgunakan oleh orang dalam seperti kasus sebuah bank asing dan Bank BUMN.
Begitu juga dengan produk bahan bangunan atau jasa properti lainnya semisal konsultan atau agen. Kepercayaan konsumen kepada sebuah merek bahan bangunan bisa hilang hanya mendengar isu susahnya mencari merek tersebut di pasar. Konsultan atau agen properti yang bekerja tidak profesional pasti tidak akan bermur panjang, karena ditinggalkan masyarakat karena kehilangan kepercayaan.
Tidak heran kepercayaan menjadi urutan pertama dalam paham merek dan pelayanan pelanggan bagi pengembang, perbankan, bahan bangunan serta jasa terkait properti lainnya. Upaya mempertahankan kepercayaan lebih efektif dibandingkan upaya lainnya. Menjaga kepercayaan sudah menjadi kewajiban utama yang terus menerus di perhatikan. Ir.Ciputra dan Trihatma K Haliman misalnya, tetap berusaha melakukan koreksi konsep desain dan memantau langsung setiap properti yang mereka kembangkan. Menjaga kepercayaan buat beberapa pengembang papan atas yang kini sukses adalah sebuah keharusan bahkan mengalahkan brand perusahaan.
Itu pula yang dilakukan beberapa pengembang anyar dalam meluncurkan proyeknya. Sebut saja Prioritas Land yang juga berusaha meyakinkan konsumennya dengan progres pembangunan yang sesuai janji. Kepercayaan inilah yang ditawarkan ditambah konsep yang kuat untuk kembali memasarkan proyek baru mereka selanjutnya. Sebagian besar konsumen pertama yang sudah percaya, kembali membeli unit di proyek baru lainnya. Tanpa kepercayaan yang dibentuk sedemikian kuatnya, sulit bagi perusahaan properti, perbankan serta industri jasa terkait properti lainnya bisa berumur panjang. Trust is Branding!
0 komentar